-->

Terapi Panas (Thermotherapy) Pada Intervensi Fisioterapi

Terapi Panas- merupakan sebuah intervensi dari Fisioterapi yang digunakan untuk mengobati pasien-pasien yang memiliki indikasi terhadap terapi panas. Terapi panas akan memberikan efek-efek yang baik bagi pasien, semisalnya efek releksasi dan sebagainya. Namun sebelum lanjut membaca, artikel ini akan membahas mengenai terapi panas (thermotherapy) pada intervensi fisioterapi, untuk mengetahui lebih lanjut silahkan simak bahasan berikur ini.


Terapi Panas (Thermotherapy)

1. Pengertian Terapi Panas (Thermotherapy)

Terapi panas adalah agens yang tujuannya hanya untuk menghantarkan panas. Panas dapat dihasilkan dari berbagai sumber, semua sumber yang menghasilkan felombang elektromagnetik di dalam spektrum inframerah. Semua objek yang dipanaskan memancarkan gelombang inframerah, suhu objek menentukan panjang gelombang dan karakteristik gelombang inframerah. 

Gelombang inframerah diserap di dalam epidermis dan dermis kulit. Gelombang inframerah dipindahkan ke kulit melalui radiasi (pemindahan panas melalui ruang, misalnya pada lampu pemanas), konduksi (pemindahan panas dari kontak langsung antar molekul, seperti hot pack atau bantal pemanas), atau konveksi (pemindahan panas oleh pergerakan materi yang dihangatkan seperti pada gerakan air yang dipanaskan).

Meskipun gelombang inframerah diserap di dalam kulit, jaringan dalam hingga dermis dapat dihangatkan melalui kompresi dan konduksi jaringan. Pada lapisan jaringan lunak yang tipis, aplikasi panas mampu meningkatkan suhu intra-artrikular pada persendian-contohnya, sendi interfelangeal atau lutut. Pemanasan intrakapsular diduga dapat mendorong kerusakan tulang rawan sendi pada penyakit peradangan sendi akut, meskipun dugaan ini tidak diyakini secara luas.

2. Tujuan Dan Afek Terapi Panas

Efek aplikasi panas bergantung pada peningkatan suhu jaringan terget ke level terapeutik yaitu 41 derajat celsius hingga 45 derejat celsius ( 106 derajat fahrenheit hingga 113 derajat fahrenheit). Suhu ini dapat dicapai dalam 8 hingga 10 menit. Sebagai respons terhadap rangsang panas, tubuh menghasilkan respons fisiologis yang dapat bersifat terapeutik. Dalam 30 menit, tubuh mencapai thermal equilibrium, dan pemanasan lebih lanjut tidak bermanfaat. Efek fisiologis panas antara lain :
  • Peningkatan metabolisme di dalam jaringan tempat panas diserap.
  • Peningkatan keringat di area penyerapan.
  • Peningkatan tekanan oksigen yang berbanding lurus dengan peningkatan suhu jaringan.
  • Vasodilatasi lokal dengan hiperemia (meningkatnya darah pada bagian tubuh) sebagai respons meningkatnya kebutuhan nutrisi.
  • Relaksasi otot melalui efek pada gelendong otot dan organ tendon Golgi.
  • Peredaan nyeri melalui mekanisme gate control, menurunkan aktifitas C-fiber yang tidak bermielin dan menghambat sinyal-sinyal nosisepsif di dalam medula spinalis.
  • Sedasi pada ujung saraf sensorik jika pemanasannya ringan. Pasien tidak dapat menoleransi panas lembap maupun panas kering pada suhu yang tinggi.
  • Peningkatan tekanan kapiler dan permeabilitas sel, yang dapat menyebabkan pembengkakan lokal.
  • Peningkatan ekstensibilitas jaringan ikat bila disertai dengan latihan peregangan.
  • Peningkatan suhu tubuh dan frekuensi napas dan jantung, juga penurunan tekanan darah jika diaplikasikan cukup lama atau secara sistemik. Respons-respons ini membuang kelebihan panas dan mempertahankan thermal equillibrium.

3. Indikasi Terapi Panas

Berikut ini adalah indikasi terapi panas :
  • a. Indikasi
    Kondisi subakut dan kronik.

    b. Rasional
    Nyeri pada pasien dengan trigger point yang sangat sensitif berkurang setelah intervensi dengan hot pack.

    Pasien dengan nyeri pinggang nonspesifik mengalami penurunan derajat nyeri, nyeri jauh mereda, penurunan kekakuan otot, peningkatan fleksibilitas, tidur yang lebih baik, awitan tidur lebih cepat, penurunan disabilitas, dan perbaikan fungsi setelah intervensi air-activated heat wrap.

    Pasien dengan carpal tunnel syndrome mengalami nyeri jauh meredah, penurunan kekakuan otot, dan perbaikan kekuatan genggam serta fungsi setelah intervensi air-activeted heat wrap.
  • a. Indikasi
    Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis

    b. Rasional
    Pasien dengan rheumatoid arthritis di lutut dan bahu mengalami peningkatan lingkup gerak sendi setela intervensi hot pack, dengan ataupun tanpa disertai latihan.

    Pasien dengan rheumatoid arthritis mengalami penurunan derajat nyeri dan lingkup gerak sendi yang lebih luas. Seta perbaikan kekuatan genggam setelah intervensi parafin yang dikombinasikan dengan latihan. Latihan adalah hal yang penting, pasien dengan rhuematoid arthritis yang mendapat intervensi dip wrap paraffin tanpa disertai latihan hanya mengalami sedikit perbaikan.

    Setelah intervensi air-acivated heat wrap, pasien dengan sprain, strain, tendinosisi, osteoarthritis pada pergelangan tangan mengalami peredaan nyeri dan perbaikan kekuatan genggam.

    Setelah intervensi air-acivated heat wrap, pasien dengan osteoarthritis pada lutut menunjukkan penurunan derajat nyeri, nyeri jauh mereda, fleksibilitas membaik, dan disabilitas berkurang.

    Pasien dengan sklerosis sistemik mengalami perbaikan mobilitas, penurunan rasa kaku, dan peningkatan elastisitas kulit setelah intervensi parafin bath dan latihan.
  • a. Indikasi
    Kekakuan jaringan ikat seperti pada jaringan parut dan kontraktus sendi superfisial.

    b. Rasional
    Peningkatan ekstensibilitas jaringan lunak. Aplikasikan panas sebelum dan bersamaan dengan pegangan beban ringan berdurasi lama atau latihan mobilisasi.
  • a. Indikasi
    Dismenorea

    b. Rasional
    Para wanita merasakan penurunan derajat nyeri, nyeri jauh mereda, awitan peredaan nyeri yang lebih cepat, penurunan gejala keparahan, dan peningkatan kualitas hidup setelah menggunakan air-acivated heat wrap.
  • a. Indikasi
    Sebelum stimulasi listrik

    b. Rasional
    Stimulasi keringat untuk menurunkan impedansi kulit dan meningkatkan konduktivitas listrik pada kulit.
  • a. Indikasi
    Anemia sel sabit

    b. Rasional
    Pasien mengalami masa rawat inap yang lebih singkat, penggunaan analgesik berkurang, dan lingkup gerak sendi di tulang belakang serta di ekstremitas atas dan bawah meningkat setelah intervensi terapi panas kering.

3. Kontraindikasi Terapi Panas

Berikut ini adalah kontraindikasi terapi panas :
  • a. Kontraindikasi
    Area dengan inflamasi akut

    b. Rasional
    Peningkatan aliran darah dan edema dapat memperburuk inflamasi.
  • a. Kontraindikasi
    Perdarahan aktif, misalnya yang terjadi pada trauma akut.

    b. Rasional
    Vasodilatasi dan laju aliran menjadi lebih lama.
  • a. Kontraindikasi
    Keganasan

    b. Rasional
    Peningkatan aliran darah dan metabolisme tumor karena pemanasan diyakini dapat menyebabkan keganasan bermetastasis. Tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa pemanasan superfisial akan memengaruhi neoplasma, meskipun tumor pada tikus terlihat membesar secara signifikan setelah paparan ultrasound terus-menerus.
  • a. Kontraindikasi
    Penyakit pembuluh darah perifer.

    b. Rasional
    Sirkulasi tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik yang meningkat jika jaringan pada ekstremitas yang terganggu dipanaskan secara langsung. Alternatifnya adalah dengan memanaskan area lain yang tujuannya untuk menghasilkan reflek vasodilatasi pada kulit ekstremitas yang terganggu.
  • a. Kontraindikasi
    Setelah denervasi atau pembedahan

    b. Rasional
    Pembuluh darah mengalami kerusakan kontrol saraf dan tidak dapat berdilatasi dengan baik.
  • a. Kontraindikasi
    Tromborflebitis

    b. Rasional
    Peningkatan aliran darah dapat melepaskan bekuan.
  • a. Kontraindikasi
    Konfusi, sedasi, atau koma

    b. Rasional
    Penilaian derajat panas tidak dapat diandalkan, dan kemampuan untuk mengikuti pentunjuk keamanan telah berkurang.
  • a. Kontraindikasi
    Area dengan defisit sensori

    b. Rasional
    Penilaian derajat panas tidak dapat diandalkan, dan suplai vaskuler mungkin telah berkurang.
  • a. Kontraindikasi
    Demam

    b. Rasional
    Jika panas cukup tinggi untuk memicu mekanisme sentral guna membuang panas, suhu dapat meningkat lebih lanjut.
  • a. Kontraindikasi
    Jaringan yang dimatikan oleh terapi sinax-X

    b. Rasional
    Jaringan tidak dapat menoleransi perubahan suhu.

4. Jenis-Jenis Terapi Panas (Thermotherapy)

Berikut ini adalah jenis-jenis terapi panas (thermotherapy) :
  • Terapi panas kering ( Fluidotherapy)
  • Hot packs (Kompres Panas)
  • Air-activated heat wrap
  • Paraffin bath

5. Tindakan Kewaspadaan

Berikut ini adalah tindakan kewaspadaan dari terapi panas (thermotherapy) :
  • a. Tindakan kewaspadaan
    Pemanasan umum atau aplikasi pada abdomen atau pinggang selama kehamilan.

    b. Pertimbangan
    Peningkatan suhu inti dapat meningkatkan resiko keguguran dan dapat membahayakan janin. Aplikasi lokal di area lain seharusnya aman.
  • a. Tindakan kewaspadaan
    Lansia dan anak berusia kurang dari 4 tahun.

    b. Pertimbangan
    Sitem termoregulator tidak dapat diandalkan, dan demam dapat dengan mudah terjadi akibat terapi panas yang memicu mekanisme sentral untuk membuang panas. Jika pemberian panas dindikasikan, gunakan bentuk yang lebih ringan dan awasi secara ketat.
  • a. Tindakan kewaspadaan
    Insufisiensi jantung

    b. rasional
    Mungkin tidak dapat menoleransi tekanan tambahan pada jantung yang disebabkan oleh terapi panas yang memicu mekanisme sentral untuk membuang panas. Gunakan panas dengan bentuk yang lebih ringan pada area yang kecil dan awasi dengan ketat.
  • a. Tindakan kewaspadaan
    Edema

    b. Rasional
    Pemanasan dapat memperburuk edema. Tinggikan posisi ekstremitas, berikan intensitas panas yang ringan, awasi kulit dan jaringan secara ketat, dan ukur lingkar secara berkala.
  • a. Tindakan kewaspadaan
    Diatas area yang telah dioleskan counterirritant lokal

    b. Rasional
    Ada resiko terjadinya luka bakar karena pembuluh darah sudah berdilatasi dan mungkin tidak dapat berdilatasi lebih lanjut. Beritahukan pasien untuk tidak menggunakan counterirritant sebelum terapi panas.
  • a. Tindakan kewaspadaan
    Di atas logam yang tertanam dekat dengan kulit

    b. Rasional
    Konduktivitas suhu yang tinggi dapat menyebabkan luka bakar. Lepaskan perhiasan, berikan dosis yang lebih ringan, awasi secara ketat.

6. Petunjuk Umum Untuk Semua Intervensi Terapi Panas

Berikut ini adalah petunjuk dalam melakukan intervensi terapi panas :
  • Instruksikan pasien mengenai apa yang akan Anda lakukan, apa tujuan aplikasi panas, dan apa yang Anda ingin pasien lakukan.
  • Minta pasien untuk melepaskan seluruh pakaian dan perhiasan dari area yang akan diterapi.
  • Posisikan pasien secara nyaman agar area yang akan dipanaskan mudah dicapai.
  • Tutupi pasien untuk kesopanan, biarkan area yang akan dipanaskan tetap terbuka.
  • Periksa sensai suhu pasien dan keutuhan kulit diarea yang akan dipanaskan.
  • Begitu pemanasan dimulai, tetaplah berada di dekat pasien untuk mengawasi responsnya.
  • Pada akhir intervensi, kembalikan alat ketempatnya semula.
  • Setelah intervensi, periksa ulang untuk menentukan responsnya, pastikan untuk memeriksa kondisi kulit dan status fisiologis umum.
  • Catat posisi pasien, area yang dipanaskan, agens yang digunakan, dosis, dan respons pasien.



Nah itu dia bahasan dari terapi panas (thermotherapy) pada intervensi fisioterapi, dari penjelasn diatas bisa diketahui mengenai pengertian terapi panas (thermotherapy), tujuan dan efek terapi panas, indikasi terapi panas, kontraindikasi terapi panas, jenis-jenis terapi panas, tindakan kewaspadaan terapi panas, dan petunjuk umum untuk semua intervensi terapi panas. Mungkin hanya itu yang bisa disampaikan dalam artikel ini, mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan, terimakasih telah membaca artikel ini."God Bless and Protect Us"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel