Traksi Spinal Mekanis Pada Intervensi Fisioterapi
Wednesday, April 22, 2020
Terapi Traksi Spinal Mekanis- merupakan sebuah intervensi dari Fisioterapi yang digunakan untuk mengobati pasien-pasien yang memiliki indikasi terhadap terapi traksi spinal. Terapi traksi spinal akan memberikan efek-efek yang baik bagi pasien, semisalnya efek pengurangan rasa nyeri pada cedera akut dan sebagainya. Namun sebelum lanjut membaca, artikel ini akan membahas mengenai intervensi fisioterapi traksi spinal mekanis, untuk mengetahui lebih lanjut silahkan simak bahasan berikut ini.
Traksi Spinal Mekanis
1. Pengertian Terapi Traksi Spinal Mekanis
Traksi spinal menggunakan unit teraksi bermotor yang memberikan gaya tarik melalui tali dan beragam halter serta sabuk. Gaya dari traksi menghasilkan pemisahana longitudinal pada ruas spinal servikal atau lumbal dan menyebabkan ruas saling bergeser menjauh.
Alat traksi berkisar dari unit traksi mekanis bermotor besar yang ditujukan untuk penggunaan klinik sampai unit traksi rumah portabel yang gaya traksinya dihasilkan oleh sistem beban dan katrol, sistem pneumatik, atau sistem hidrolik.
2. Tujuan Dan Efek Traksi Spinal
Tujuan utama traksi mekanis adalah untuk mengurangi tanda atau gejala kompresi spinal servikal atau lumbal. Tanda dan gejala ini biasanya termasuk nyeri (baik lokal maupun menjalar), defisit neurologis, atau penurunan mobilitas. Penurunan gejala dapat tercapai dengan mekanisme berikut :
- Peregangan lembut pada faset kapsula sendi dan peningkatan mobilitas sendi. Arah geseran bergantung pada sudut tarikan dan posiis ruas spinal.
- Peningkatan dimensi inferior-inferior pada foramina intervertebral, memungkinkan peningkatan ruang bagi akar saraf spinal.
- Pemanjangan jaringan otot posterior, menurunkan sensitivitasnya untuk meregang dan mengurangi muscle guarding.
- Penurunan tekanan intradiskus. Penurunan tekanan positif dapat mengurangi penonjolan substansi nuklear.
- Peningkatan suplai darah ke jaringan lunak posterior dan diskus-diskus intervertebral melalui osmosis dari lempeng ujung vertebral akibat penurunan tekanan intradiskus.
- Perubahan pola penjalaran nyeri akar saraf. Akar saraf yang mengalami cedera kronis menunjukkan penjalaran nyeri yang lama dan berulang yang dapat dikurangi dengan dekompresi mekanis.
3. Indikasi Traksi Spinal
Berikut ini adalah indikasi-indikasi dari traksi spinal pada intervensi fisioterapi :
- a. Indikasi
Impingement akar saraf spinal karena gangguan diskus (bulging, herniasi, protusi)
b. Rasional
Pemisahan vertebral dapat mengurangi tekanan intradiskus, memperlebar foramen intervertebral, dan mengurangi herniasi diskus. - a. Indikasi
Impingement akar saraf spinal karena stenosis spinal
b. Rasional
Pemisahan badan vertebra, biasanya pada arah yang agak melengkung ke depan, meningkatkan dimensi superior-inferior pada foramen intervertebra dan kemungkinan mengurangi impingement akar saraf akibat penyempitan. - a. Indikasi
Hipomobilitas pada seluruh ruas spinal
b. Rasional
Gaya traksi longitudinal membuat faset bergeser menjauh, seluruh kapsular teregang, dan terbukanya foramen intervertebral serta dapat meningkatkan lingkup gerak sendi. - a. Indikasi
Spasme otot
b. Rasional
Traksi berjeda yang lembut dapat membantu mengurangi spasme otot dan daya kompresif spinal yang dihasilkannya. - a. Indikasi
Nyeri (baik nyeri pusat atau menjalar)
b. Rasional
Diatasi melalui pemisahan vertebral, pengurangan tekanan intradiskus, pengurangan impingement saraf spinal, pengurangan tekanan kontak dari jaringan yang cedera, peningkatan sirkulasi perifer melalui efek pijat, penghentian generator impuls ektopik, pengurangan spasme otot, atau tertutupnya gerbang untuk transmisi nyeri pada tingkat medula spinalis melalui aktivitas saraf sensori non-nosiseptif yang berambang batas rendah dan berdiameter besar. - a. Indikasi
Tanda neurologi positif seperti penurunan sensasi, fungsi motorik, atau refleks yang membaik sementara dengan traksi manual.
b. Rasional
Penurunan defisi dapat terjadi akibat meningkatnya konduksi dalam serabut saraf aferen dan eferen bermielin yang berdiameter besar.
4. Kontraindikasi Traksi Spinal
Berikut ini adalah kontraindikasi untuk traksi spinal :
- a. Kontraindikasi
Infeksi spinal (mis., meningitis, araknoiditis)
b. Rasional
Infeksi dapat menyebar karena penggunaan traksi. - a. Kontraindikasi
Kanker spinal
b. Rasional
Traksi mekanis dapat meningkatkan bahaya metastasis atau menimbulkan ketidakstabilan Traksi manual dapat digunakan untuk mengurangi gejala. - a. Kontraindikasi
Tekanan medula spinalis
b. Rasional
Jika pasien memperlihatkan tanda neurologi bilateral, maka dapat mengindikasikan patologi serius seperti prolaps diskus yang besar, hematoma, tumor, atau osteofit berat. Traksi dapat memperburuk kondisi. - a. Kontraindikasi
Rheumatoid Arthritis
b. Rasional
Kapsula sendi, ligamen, dan tulang bersifat rapuh. Pasien berisiko mengalami subluksasi atlantoaksial atau menimbulkan ketidakstabilan di sekitar area yang hipomobilitas. - a. Kontraindikasi
Osteoporosis
b. Rasional
Risiko fraktur karena tulang rapuh. - a. Kontraindikasi
Fraktur baru
b. Rasional
Tulang tidak stabil dan mungkin menjadi tidak sejajar akibat pergerakan. - a. Kontraindikasi
Untuk traksi lumbal, hernia abdominal atau hiatal, hipertensi tak terkontrol, aneurisma aortik, hemoroid berat.
b. Rasional
Kondisi ini cenderung diperburuk oleh peningkatan tekanan abdomen yang dihasilkan oleh korset yang digunakan dalam traksi lumbal. - a. Kontraindikasi
Jika gejala neurologis atau nyeri memburuk selama traksi.
b. Rasional
Dapat mengindikasikan migrasi herniasi diskus dan/atau penonjolan ke dalam kanal spinalis.
5. Tindakan Kewaspadaan Untuk Traksi Spinal
Berikut ini adalah tindakan kewaspadaan dalam melakukan traksi spinal :
- a. Tindakan kewaspadaan
Strain ligamen dan hipermobilitas sendi
b. Pertimbangan
Jika pemeriksaan manual atau lingkup gerak sendi aktif mengindikasikan strain ligamen atau peningkatan mobilitas pada ruas tertentu, traksi tidak diperbolehkan pada ruas tersebut. Area yang umum adalah sendi atlantoaksial, servikotraks, torakolumbal, dan lumbosakral. Traksi manual dapat digunakan untuk memperbaiki ruas yang spesifik. - a. Tindakan kewaspadaan
Cedera stadium akut
b. Pertimbangan
Pembengkakan pada inflamasi dapat menambah tekanan mekanis ke struktur sendi. Gaya traksi dapat memperburuk inflamasi. - a. Tindakan kewaspadaan
Ansiestas traksi
b. Pertimbangan
Jika pasien tidak santai atau sangat cemas saat mencoba traksi, awali dengan traksi menual untuk mengajarkan pasien cara membuat otot rileks secara bertahap dalam lingkungan yang mendukung. Dalam beberapa kasus, persepsi negatif pasien menghambat penggunaan traksi mekanis. - a. Tindakan kewaspadaan
Insufisiensi jantung atau respirasi
b. Pertimbangan
Jika harnes traksi atau ansiestas menghasilkan perubahan negatif pada tanda vital, gunakan traksi manual. Pantau denyut nadi, tekanan darah, dan fungsi pernapasan pasien. - a. Tindakan kewaspadaan
Kehamilan
b. Pertimbangan
Wanita hamil mengalami peningkatan laksitas ligamen, dan ligamen tidak boleh diregangkan lebih lanjut. Karena peningkatan tekanan abdomen yang dihasilkan traksi mekanis, harnes panggul pada traksi lumbal tidak dapat digunakan. Traksi servikal dapat dilakukan dengan hati-hati, tetapi traksi manual dapat menjadi metode pilihan. - a. Tindakan kewaspadaan
Tertambatnya durameter akibat varian anatomik dan/atau berhubungan dengan perubahan degeneratif pada spinal.
b. Pertimbangan
Penurunan ekskursi akar saraf spinal setelah traksi dapat menyebabkan nyeri pada area distal sehingga ketegangan aksial yang berimbas pada sebuah ruas (mis., servikal) dapat ditransmisikan ke akar saraf yang lebih distal (,is., lumbal).
Nah itu dia bahasan dari intervensi fisioterapi traksi spinal mekanis, dari bahasan diatas bisa diketahui mengenai pengertian terapi traksi spinal mekanis, tujuan dan efek traksi spinal, indikasi traksi spinal, kontraindikasi traksi spinal, dan tindakan kewaspadaan untuk traksi spinal. Mungkin hanya itu yang bisa disampaikan dalam artikel ini, mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan, terimakasih telah membaca artikel ini."God Bless and Protect Us"
Referensi : Agens modalitas untuk praktik fisioterapi edisi 6