-->

Cara Penggunaan Terapi Laser Pada Intervensi Fisioterapi

Terapi Laser Terapeutik- merupakan sebuah intervensi dari Fisioterapi yang digunakan untuk mengobati pasien-pasien yang memiliki indikasi terhadap terapi laser. Terapi laser akan memberikan efek-efek yang baik bagi pasien, semisalnya efek pengurangan rasa nyeri pada cedera akut dan sebagainya. Namun sebelum lanjut membaca, artikel ini akan membahas mengenai petunjuk cara penggunaan terapi laser pada intervensi fisioterapi, untuk mengetahui lebih lanjut silahkan simak bahasan berikut ini.

Cara Penggunaan Terapi Laser Pada Intervensi Fisioterapi
Terapi Laser

Cara Penggunaan Terapi Laser Pada Intervensi Fisioterapi

1. Teknik Terapi Laser

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan ketika meradiasi jaringan target. 
  • Pendekatan kontak langsung
    Metode yang paling umum adalah penerapan kepala laser yang stabil ke jaringan permukaan dengan kontak penuh dan langsung. Pertahanlkan kontak yang kukuh dengan tekanan sedang untuk menghasilkan perpindahan dan penyerapan sinar yang terbaik pada jaringan target.
  • Teknik stasioner (melayang) (tidak langsung/nonkontak)
    Teknik melayang yaitu membuat kepala aplikator melayang sekitar 4-9 mm di atas permukaan jaringan. Aplikator ditahan pada posisi nonkontak yang stabil. Teknik ini sangat berguna jika teknik kontak langsung menjadi kontraindikasi.

    Bisa saja terdapat luka terbuka atau area kulit hiperalgesia yang akan menghalangi aplikator berkontak langsung. Karena kepala laser berada di atas permukaan, maka banyak persebaran berkas yang menyimpang.

    Pelindung mata sangatlah penting. Selain itu, keseluruhan energi efektif yang dihantarkan ke jaringan yang levih dalam dengan penggunaan SLD dan LED menjadi berkurang karena penyebaran berkas.
  • Teknik sapuan (gerakan)
    Teknik sapuan melibatkan gerak pada kepala laser secara perlahan dan hati-hati di sepanjang area radiasi. Kepala laser dapat berkontak langsung pada permukaan kulit atau digantung di atas area saat digerakkan.

    Pada teknik sapuan baik dengan kepala laser digantung maupun berkontak langsung pada permukaan terjadi pengurangan energi permukaan area akibat gerakan lambat di sepanjang jaringan. Jumlah energi yang hilang sulit dipastikan, dan mungkin memerlukan perubahan dosis.

Teknik kontak langsung dan melayang biasanya diberikan menggunakan pendekatan kisi. Kisi imajiner divisualisasikan pada area yang akan diradiasi. Ukuran pada masing-masing kotak harus sebanding dengan ukuran kepala aplikator laser yang aktif.

Klinisi meradiasi setiap kotak pada sisi imajiner yang terletak di atas area terget dengan waktu dosis total untuk setiap area. Teknik sapuan dapat digunakan dan akan menutupi setiap baris pada kisi dengan gerakan lambat. Meskipun begitu, teknik sapuan tidak disarankan secara umum akibat kemungkinan penentuan dosis yang tidak konsisten.

2. Teknik Aplikasi Umum Terapi Laser

Panduan teknik berikut bersifat umum. Kenalilah alat laser spesifik yang tersedia untuk digunakan :
  • Lakukan evaluasi menyeluruh pada pasien untuk menentukan intervensi terapeutik yang tepat. Pertimbangan meliputi riwayat kesehatan dan diagnosis, tepi dan kondisi jaringan, serta medikasi.
  • Tentukan jikas laser merupakan modalitas yang tepat untuk memenuhi tujuan terapeutik.
  • Periksa adanya kontraindikasi atau tindakan kewaspadaan terhadap LLLT.
  • Lakukan pemeriksaan sensasi dan kulit yang tepat.
  • Bersihkan kulit pada area radiasi laser menggunakan sabun ringan dan air atau alkohol, keingkan kulit secara menyeluruh.
  • Jelaskan prosedur kepada pasien.
  • Tentukan aplikator laser yang tepat untuk jaringan target yang spesifik. Gunakan panjang gelombang yang lebih pendek untuk sel target superfisial dan panjang gelombang yang lebih panjang untuk penetrasi yang lebih dalam.
  • Nyalakan unit.
  • Pilih dosis yang tepat baik dengan menggunakan penghitungan energi pada program dan pengaturan otomatis pada alat laser maupun dengan melakukan penghitungan matematika. Jika unit memiliki pengaturan otomatis, waktu dan dosis terapi akan langsung terhubung. Ketika salah satu diatur, lainnya otomatis berubah. Pilih dosis untuk tujuan terapi yang spesifik berdasarkan data yang ada.
  • Kenakan kacamata pelindung khusus laser, berikan juga kepada pasien.
  • Tekan tombol mulai, yang akan mengaktifkan sinar laser. Pastikan untuk memegang aplikator dengan mantap.
  • Teknik kontak langsung :
    Tempelkan kepala aplikator laser dengan kuat ke kulit secara langsung. Pegang kepala laser tegak lurus pada permukaan kulit untuk mengurangi persebaran berkas yang menyimpang dari area.
  • Teknik melayang (nonkontak) :
    Pegang kepala aplikator laser sedikit di atas area kulit atau jaringan. Jaga agar berkas sinar/kepala aplikator tegak lurus terhadap permukaan jaringan.
  • Penunjuk waktu pada alat laser akan menghitung mundur waktu aplikasi yang tersisa dalam detik. Unit akan mati secara otomatis.
  • Ulangi pengaktifan sinar laser dan teknik pada area radiasi kisi imajiner yang diinginkan.
  • Matikan unit.
  • Periksa kembali kulit pada area yang diradiasi dan lakukan semua evaluasi pascaterapi yang tepat.
  • Dokumentasikan tipe LLLT, area aplikasi, dosis dalam joule/cm2, daya, model, frekuensi denyut jika digunakan, dan respons pasien.

3. Dosis Terapi Laser

Ada beberapa istilah penting yang digunakan dalam literatur mengenai energi dan parameter output pada berbagai sistem laser. Istilah ini meliputi daya, densitas daya, energi, dan densitas energi.
  • Daya
    Daya didefinisikan sebagai laju ketika keseluruhan energi dihasilkan dan diukur dalam Watt. Pada laser terapeutik atau terapi laser derajat rendah, daya diukut dalam miliwat(mW).
  • Densitas Daya
    Densitas daya adalah ukuran berkas atau ukuran titik. Densitas daya merupakan daya rata-rata per unti pada area berkas dan diukur dalam mW/cm2 atau W/cm2.
  • Energi
    Energi adalah hasil dari daya laser (mW) dan waktu radiasi, diukur dalam joule (J).
  • Densitas Energi
    Pengukuran standar yang sering digunakan untuk menjelaskan penentuan dosis atau fluens (aliran radiatif yang terintegrasi selama beberapa waktu) adalah densitas energi dalam Joule/cm2.

    Pengukuran ini menghitung area berkas atau ukuran titik radiasi dan memberitahu jumlah sesungguhnya yang dihantarkan ke area jaringan yang terpapar. Dosis lokal dihitung dengan menguadratkan sentimeter permukaan kulit yang diradiasi dalam Joule per sentimeter kuadrat (J/cm2).
  • Frekuensi Denyut
    Pengaturan denyut atau frekuensi masi harus terus diteliti. Frekuensi denyut adalah jumlah denyutan laser per detik dan diukur dalam Hertz (Hz). Klinisi dapat memilih frekuensi denyut pada unit GaAs dan dioda sinar merah (HeNe).

    Umumnya, frekuensi rendah antara 1-100 Hz memengaruhi penghambatan nyeri, sementara frekuensi sedang antara 500-1000 Hz lebih efektif dalam mengurangi edema. Terakhir frekuensi tinggi antara 2500-5000 Hz memilik efek yang lebih baik dalam menangani inflamasi.

    Frekuensi denyut yang berbeda memberikan respons foto-biologis di dalam sel yang berbeda. Walau denyut dianggap penting, hanya ada sedikit informasi tentang efek frekuensi denyut yang spesifik, Respons makrofag derubah seiring perubahan frekuensi denyut, dan penelitian pada binatang telah menunjukkan respons positif terhadap radiasi denyut laser 700 Hz versus 1200 Hz pada kulit yang terluka.

    Daya rata-rata meningkat ketika frekuensi dinaikan. Banyak pilihan frekuensi ini yang telah ditentukan secara otomatis dengan program internal pada beberapa alat laser. Program ini dapat dipilih oleh klinisi berdasarkan status terkini pada tipe kondisi yang akan diterapi.

4. Panduan Penentuan Dosis

A. Intensitas Dan Durasi

Panduan penentuan dosis ini merupakan konsolidasi dan interpretasi pada studi terkini dalam literatur. densitas energi yang disarankan oleh sebagian besar sumber untuk bermacam kondisi adalah dalam rentang 0.1-12,0 J/cm2, tetapi beberapa peneliti merkomendasikan hingga 30 J/cm2.

Panduan in akan disempurnakan dan disesuaikan seiring peneliti beru yang terus meningkatkan dan pemahaman mengenai mekanisme aksi modalitas. Literatur yang koservatid umumnya menyarankan menggunakan laser spektrum merah pada dosis kira-kira 4 J/cm2.

Rentang keseluruhannya adalah dari 1-10 J/cm2 bergantung pada patologi yang sedang diterapi. Untuk jaringan target yang berada lebih dalam, penentuan dosis laser infra merah dekat berkisar pada 10-50 J/cm2.

Secara lebih spesifik, laser HeNe digunakan untuk penerapan yang lebih superfisial, termasuk penyembuhan luka. Penentuan dosis untuk perawatan luka biasanya berkisar 1-4 j/cm2. Ketika meradiasi yang luka, beberapa peneliti menyatakan bahwa sel yang terpajan ini memerlukan lebih sedikit energi, sementara tepian luka memerlukan energi yang lebih besar. Dosis energi untuk laser InGaAIP adalah 2-6 J/cm2.

Untuk terapu nyeri pada struktur superfisial dengan laser HeNe gunakan hingga 2 J/cm2 dan 2-6 J/cm2 untuk laser InGaAIP. Penatalaksanaan nnyeri untuk struktur yang dalam berkisar 4-10 j/cm2 untuk laser GaAIAs dan hingga 5 j/cm2 untuk laser GaAs. Umumnya, leih baik menentukan pemilihan dosis secara konservatif.

Beberapa laser disaran sekarang memiliki menu tambahan yang menyediakan program terapi model. Program dan rekomendai parameter ini disatukan oleh produsen dan berdasarkan pada penelitain yang tersedia serta kondisi yang akan diterapi.

Mesin secara ototmatis menghitungJ/cm2 ketika waktu terapi diatur. Setelah dosis terapi yang diinginkan disesuaikan dan dimasukkan ke dalam mesin, laser dapat diaktifkan tanpa penghitangan metematika yang rumit.


B. Frekuensi Terapi Laser

Umumnya kondisi akut diterapi secara lebih sering. Selama fase akut ini, terpai dapat dilakukan beberapa kali sehari pada rentang dosisi terendah, jika menggunakan laser gelombang kontinyu. Jika tersedia pengaturan frekuensi denyut laser, gunakan frekuensi yang lebih rendah, misalnya 100 Hz.

Tingkatkan rentnag dosis dan frekuensi denyut ketika kondisi membaik pada tahap subakut dan kronik. Kurangi sesi terpau menjadi setiap dua hari sekali atau tiga kali perminggu. Urutan aplikasi akut ke kronik ini mendorong peningkatan penyembuhan dengan ketahanan terikan yang lebih baik dan perbaikan kolagen.

Kondisi kronik merespons lebih baik pada terepi yang tidak begitu sering dengan dosis yang labih tinggi. Terapi biasanya diulangi setiap dua hari sekali selama beberapa minggu. Jika tidak ada respons keberhasilan terapi setelah 2 minggu berturut-turut, tunda terapi lebih lanjut, pertimbangkan kembali intervensi ini dan evaluasi kembali kondisi pasien.



C. Penentuan Dosis Energi Berdasarkan Indikasi :


  • Inflamasi, dosis 2-10 j/cm2, frekuensi >2500-5000 Hz, aplikasi pada area inflamasi
  • Neuralgia, dosis 10-12 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada saraf yang terganggu
  • Nyeri/akut, dosis 6 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada area nyeri
  • Nyeri.kronik, dosisi 12 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada area nyeri
  • Cedera jaringan lunak multilapis menyeluruh/akut, dosis 4-8 j/cm2, frekuensi <100 Hz, aplikasi pada area nyeri
  • Cedera jaringan lunak multilapis menyeluruh/kronik, dosis 8-16 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada area nyeri
  • Tendinitis/bursitis, dosis 2-10 j/cm2, frekuensi 5000 Hz, aplikasi pada erea inflamasi
  • Trigger points, dosis 3-20 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada trigger points
  • Luka akut, dosis 8 j/cm2 (0,5-1 j/cm2), frekuensi 700-2500 Hz kontinu, aplikasi di dalam dan disekitar dasar luka
  • Luka kronik, dosis 1-6 j/cm2, frekuensi 700 Hz kontinu, aplikasi didalam dan sekitar dasar luka
  • Gangguan sendi kronik jari, dosis 0,5 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada persendian
  • Gangguan sendi kronik lutut, dosis 6,0 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada persendian
  • Gangguan sendi kronik tulang belakang, dosis 12,0 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada persendian
  • Gangguan sendi kronik TMJ, dosis 0,5 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada persendian
  • Penyembuhan fraktur, dosis 5-16 j/cm2, frekuensi kontinu, aplikasi pada area fraktur

5. Respons Terhadap Intervensi Dan Modifikasi Terapi Laser

Normalnya, pasien tidak akan merasakan sensasi apa-apa selama intervensi, kecuali hangat yang ringan. Sensasi hangat diakibatkan oleh terbentuknya panas dari sinar yang dihasilakn di dalam dioda laser. Cluster probe memiliki lebih banyak dioda dengan pembentukan panas yang sedikit lebih banyak. 

Beberapa mesin laser memiliki siklus dengan fase jeda untuk membiarkan cluster probe mendingin bila sebelumnya radiasi laser telah diperpanjang dengan beberapa jeda diantara aktivitas sinar laser. Beberapa pasien tampak jauh lebih sensitif terhadap kualitas sinar laser dan menyatakan bawah mereka dapat "merasakan" sinar, sementara pasien lain tidak akan merasakan stimulus apa pun. 

Beberapa pasien melaporkan sensasi kesemutan, seperti ditembak, atau getaran pada area laser, dan pada beberapa kasus, diarea proksimal serta distalnya. Dapa terjadi eritema kontak akibat tekanan kepala aplikator pada kulit ketika menggunakan metode kontak langsung. Terkadang sensasi terbakar, peningkatan nyeri atau kebas pada area laser, mual, atau keluhan lelah dilaporkan setelah terapi. Sensasi ini bersifat sementara.



Nah itu dia bahasan dari petunjuk cara penggunaan terapi laser pada intervensi fisioterapi, dari penjelasan diatas bisa diketahui mengenai diantaranya teknik terapi laser, teknik aplikasi umum terapi laser, dosis terapi laser, panduan penentuan dosis, intensitas dan durasi terapi laser, frkeunsi terapi laser, penentuan dosis energi berdasarkan indikasi terapi laser, dan respons terhadap intervensi dan medifikasi. Mungkin hanya itu yang bisa disampaikan dalam artikel ini, mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan, terimakasih telah membaca artikel ini."God Bless and Protect Us"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel