-->

Jenis-Jenis Terapi Latihan (Exercise Therapy) Pada Fisioterapi

Exercise Therapy- merupakan salah satu ilmu yang wajib yang harus dikuasi oleh seorang fisioterapis, untuk melatih pasien-pasien yang memiliki gangguan fungsi tubuh sehingga dengan menjalanin latihan ini, pasien akan merasakan bahwa jiwa dan raga pasiean mengalami peningkatan kualitas kesehatan. Namun sebelum lanjut membaca, artikel ini akan membahas mengenai terapi latihan pada fisioterapi, untuk mengetahui lebih lanjut silahkan, simak bahasan dibawah ini.


DASAR DASAR EXERCISE THERAPY

1. Efek Fisiologis Terapi Latihan

Dari keseluruhan proses fisioterapi, terapi latihan (exercise therapy) sering merupakan kegiatan utama yang didukung oleh modalitas-modalitas lain. Hal ini dikarenakan pengembalian fungsi gerak sering merupakan tujuan utama dari proses fisioterapi.

Terapi latihan dilakukan pada fase kronis untuk merahibilitasi penderita cedera atau gangguan penyakit agar dapat mengembalikan fungsi tubuh seperti atau mendekati fungsi semula. Secara keselutuhan, terapi latihan (exercise therapy) merupakan aktivitas fisik yang sistematis dan bertujuan untuk :
  • Memperbaiki atau mencegah gangguan fungsi tubuh
  • Memperbaiki kecacatan
  • Mencegah atau mengurangi faktor resiko gangguan kesehatan
  • Mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran.
Terapi latihan dirancang untuk menyesuaikan kebutuhan individual setiap penderita dengan tujuan utama mengoptimalkan fungsi tubuh. Fungsi tubuh dalam hal ini berkaitan dengan beberapa parameter seperti keseimbangan, kebugaran kardiorespirasi, koordinasi, fleksibilitas, mobilitas, kontrol motorik, kontrol neuromuskular, kontrol postural dan stabilitas.
  • Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan tubuh melawan gaya gravitasi dengan mempertahankan pusat massa tubuh dengan penyokong yang ada tanpa terjatuh dengan mekanisme sistem motorik dan sensorik.
  • Kebugaran kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas intensitas sedang misalkan: berjalan, berenang, jogging atau bersepeda) secara repetitif dalam jangka waktu yang relatif lama. Kebugaran kardiorespirasi sering disebut sebagai ketahanan kardiopulmoner.
  • Koordinasi merupakan usaha tubuh untuk menyeimbangkan gerakan dengan jalan melakukan gerakan otot dalam waktu, intensitas dan urutan yang tepat, sehingga dapat menampilkan gerakan yang efektif dan akurat baik secara sadar maupun tidak sadar. Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk bergerak bebas tanpa hambatan dengan jangkauan gerak yang baik.
  • Mobilitas merupakan kemampuan suatu struktur atau segmen tubuh untuk bergerak atau digerakkan. Mobilitas pasif bergantung pada kontraktilitas jaringan lunak sedangkan mobilitas aktif memerlukan kerja neuromuscular.
  • Kerja otot merupakan kapasitas otot untuk memproduksi tegangan dan melaksanakan aktivitas fisik. Kerja otot meliputi kekuatan, tenaga dan ketahanan otot.
  • Kontrol neuromuscular merupakan interaksi sistem sensorik dan motorik yang dapat mencetuskan kerja sinergis, agonis, antagonis untuk merespon informasi propioseptor dan kinestetik yang kemudian pada gilirannya memproduksi gerakan dan urutan yang tepat dan terkoordinasi.
  • Kontrol postural merupakan usaha tubuh untuk mempertahankan stabilitas postur tubuh.
  • Stabilitas merupakan kemampuan sistem neuromuscular melalui kerja otot sinergis untuk mempertahankan segmen tubuh dalam posisi stabil pada keadaan bergerak maupun diam.

Keseluruhan sistem tersebut bereaksi, beradaptasi dan berkembang sebagai respon terhadap beban fisik (physical stress) termasuk aktivitas fisik. Aktivitas fisik membantu tubuh untuk memelihara kemampuan fungsional tubuh, ketahanan kardiorespirasi dan kemampuan mobilitas.

Sebagai contoh ketiadaan aktivitas fisik dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kelemahan otot dan tulang. Absennya aktivitas fisik juga dapat mengurangi ketahanan kardiprespirasi.

Walaupun demikian apabila dilakukan secara berlebihan, aktivitas fisik dapat pula mengakibatkan cedera dalam bentuk antara lain strain, sprain, fraktur maupun kondisi kronis degeneratif. Sehingga terapi latihan harus dirancang agar aktivitas fisik yang diprogramkan sesuai dengan kebutuhan penderita dengan resiko cedera akibat latihan seminimal mungkin dan mendapatkan peningkatan kapasitas fungsional tubuh semaksimal mungkin.

2. Indikasi Terapi Latihan

Berikut ini beberapa keadaan yang umumnya dapat diperbaiki dengan terapi latihan :
  • Nyeri
  • Kelemahan dan penurunan ketahanan otot
  • Pengurangan jangkauan gerak yang dapat dikarenakan oleh kekakuan kapsul sendi maupun pengurangan panjang otot.
  • Mobilitas sendi yang berlebihan
  • Postur tubuh yang abnormal
  • Gangguan keseimbangan, stabilitas postur, koordinasi, perkembangan dan tonus otot
  • Gangguan kardiovaskular seperti pengurangan kapasitas aerobik (ketahanan kardiopulmoner) dan gangguan sirkulasi.

Keluhan yang dialami penderita ini harus diidentifikasi secara khusus mengingat manifestasi keluhan-keluhan tersebut sering bersifat spesifik terhadap penderita. Hal yang sangat penting untuk dilakukan juga adalah identifikasi resiko terjadinya gangguan lebih lanjut sehingga dapat diantisipasi dalam rancangan latihan terapi yang akan dilaksanakan.

3. Jenis-jenis Latihan Terapi

Secara khusus, jenis-jenis latihan terapi antara lain meliputi latihan kelenturan (fleksibilitas) untuk meningkatkan range of moment (ROM), latihan strectching dan suntuk meningkatkan mobilitas, latihan beban (strengthening) untuk peningkatan fungsi, dan latihan aerobik untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular. Biasanya strultur latihan yang dilakukan paska cedera adalah sebagai berikut :

A. Latihan Fleksibilitas (Latihan ROM)

Latihan fleksibilitas merupakan teknik dasar yang digunakan untuk meningkatkan jangkauan gerak (ROM). Gerakan akan mempengaruhi semua struktur pada area tersebut termasuk persendian, kapsul sendi, ligamen, fasia, pembuluh darah dan syaraf.

Jangkauan gerak dipengaruhi oleh jangkauan sendi dan jangkauan otot. Jangkauan sendi dideskripsikan dalam istilah fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi dan rotasi.

Jangkauan gerak sering diukur menggunakan goniometer dan dihitung dalam derajat. Jangkauan otot dihitung dalam” jarak fungsional “ yang merupakan ukuran pemendekan otot setelah dilakukan penguluran secara maksimal.

Untuk memelihara jangkauan gerak yang normal, area tersebut harus digerakkan secara periodik. Beberapa hal yang dapat mengurangi ROM meliputi gangguan sistemik, persendian, syaraf, otot yang dikarenakan gangguan infeksi, imunologi, trauma maupun karena inactivity.

Aktivitas pemeliharaan ROM diperlukan untuk memelihara mobilitas sendi dan otot serta untuk meminimalkan kehilangan fleksibilitas jaringan dan pembentukan kontraktur.

B. Jenis Latihan fleksibilitas

1. Latihan fleksibilitas Pasif 
Merupakan gerakan yang sepenuhnya disebabkan oleh gerakan dari luar dengan sangat sedikit ataupun tidak ada gerakan sadar dari otot. Sumber gerakan dapat berasal dari gravitasi, mesin, individu yang lain maupun bagian tubuh individu itu sendiri.
  • Indikasi Latihan fleksibilitas pasif :
    • Pada area jaringan yang mengalami peradangan akut dimana gerakan aktif dapat memperburuk cedera dan menghambat proses penyembuhan. Peradangan akut biasanya terjadi 2 sampai 6 hari.
    • Pada keadaan dimana penderita tidak bias melakukan gerakan aktif seperti pada keadaan koma, lumpuh ataupun tirah baring
  • Tujuan Latihan fleksibilitas pasif :
    Tujuan utama dari Latihan fleksibilitas pasif adalah untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pada imobilisasi, degenerasi kartilago, perlengketan, pembentukan kontraktur dan memperbaiki sirkulasi darah. 
  • Tujuan khusus Latihan fleksibilitas pasif:
    • Memelihara persendian dan mobilitas jaringan ikat.
    • Meminimalkan pembentukan jaringan kontraktur.
    • Memelihara elastisitas otot.
    • Memperbaiki sirkulasi darah.
    • Meningkatkan gerakan synovial untuk nutrisi kartilago dan difusi material pada persendian.
    • Mengurangi nyeri
    • Meningkatkan proses penyembuhan

Secara praktis, Latihan fleksibilitas pasif digunakan untuk menentukan keterbatasan gerak, stabilitas sendi dan kekuatan otot. Terapi latihan pasif juga digunakan untuk mengajarkan gerakan yang diinginkan. Walaupun demikian, terdapat keterbatasan Latihan fleksibilitas pasif misalnya, tidak dapat mencegah atrofi otot, tidak dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

2. Latihan fleksibilitas Aktif dan Aktif dengan Bantuan
Latihan fleksibilitas aktif merupakan gerakan yang disebabkan oleh gerakan aktif dari otot itu sendiri. Latihan fleksibilitas Aktif dengan bantuan merupakan gerakan yang ditimbulkan secara aktif namun memerlukan bantuan dari luar.

Latihan jenis ini dilakukan apabila penderita memiliki kemampuan kontraksi otot aktif Tujuan dari jenis latihan ini sama dengan Latihan fleksibilitas pasif dengan tujuan khusus
  • Memelihara elastisitas dan kontraktilitas otot
  • Memberikan umpan balik sensorik dari otot yang berkontraksi.
  • Memberikan rangsangan pada tulang dan persendian
  • Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah pembentukan jendalan darah (thrombus)
  • Meningkatkan koordinasi gerakan

Walaupun demikian, keterbatasan Latihan fleksibilitas aktif adalah pada otot besar, latihan jenis ini tidak dapat meningkatkan kekuatan otot. Latihan jenis ini juga tidak bias meningkatkan koordinasi gerakan keculai apabila latihan dilakukan dengan pola gerakan tertentu.
  • Kontraindikasi Latihan fleksibilitas
    1. Latihan fleksibilitas tidak boleh dilakukan bila latihan tersebut mengganggu proses penyembuhan seperti pada keadaan patah tulang.
    2. Latihan fleksibilitas harus dilakukan dengan hati hati pada area tumit dan kaki untuk meminimalkan stasis vena dan pembentukan thrombus. Tanda-tanda latihan yang tidak tepat adalah timbulnya rasa nyeri dan peradangan.
    3. Latihan fleksibilitas harus di monitor dengan ketat pada keadaan setelah gangguan jantung.

3. Pedoman Latihan Stretching :
a. Sebelum Stretching
  • Sebelum melakukan program stretching, seseorang harus yakin keadaannya tidak kontraindikasi terhadap stretching.
  • Pertimbangkan kombinasi latihan stretching dengan modalitas fisioterapi lain seperti hot pack atau hydrotherapy.
b. Selama stretching
  • Bantuan dari ahli terapi harus kuat akan tetapi tetap harus menjaga kenyamanan penderita.
  • Bila perlu, lakukan stabilisasi sendi.
  • Stretching melintasi satu persendian bila diperlukan stretching pada dua otot.
  • Stretching dilakukan secara perlahan tapi dalam jangka waktu yang mencukupi.
  • Gerakan pada latihan stretching dihentikan bila terasa nyeri.
  • Pada latihan stretching statis, posisi gerakan ditahan selama 30 detik.
  • Jika ketegangan otot sudah berkurang, jangkauan gerakan secara bertahap ditambah.
  • Penghentian latihan dilakuakn secara bertahap dan perlahan.
c. Setelah stretching
  • Setelah jangkauan gerak membaik, kontrol aktif otot diperlukan untuk kemampuan gerak jangka panjang.
d. Kontraindikasi stretching
  • Fraktur tidak stabil
  • Adanya hematoma dan infeksi jaringan
  • Paska operasi seperti cangkok kulit dan perbaikan tendo.

C. Latihan Mobilitas

Pada prinsipnya terapi latihan bertujuan untuk memberbaiki fungsi jaringan musculoskeletal dan jaringan lain yang mengalami gangguan. Latihan mobilitas merupakan komponen dasar dari rehabilitasi mengingat latihan ini dapat mempercepat penyembuhan jaringan yang pada akhirnya dapat menunjang fungsi gerak. 

Latihan mobilitas dapat digunakan untuk menjaga dan meningkatkan jangkauan gerak. Gangguan jangkauan gerak dapat terjadi karena :
  • kontraktur kapsul persendian
  • perlengketan jaringan lunak
  • ketegangan otot
  • sensitifitas dan hambatan syaraf karena nyeri.

Latihan mobilitas dapat berupa latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan, latihan aktif dengan bantuan mandiri, latihan aktif dan latihan stretching (penguluran).

1. Latihan Pasif
Pada latihan pasif, gerakan dilakukan oleh bantuan luar tanpa mengandalkan gerakan mandiri otot penderita. Bantuan luar dapat berasal dari orang lain ataupun dari mesin. Latihan pasif biasanya dilakukan pada tahap awal rehabilitasi selama struktur jaringan masih mampu menahan beban gerakan tanpa resiko cedera lebih lanjut. 

Hal ini dilakukan untuk mempertahankan jangkauan gerak sendi selama periode tidak aktif. Lebih lanjut, latihan pasif dapat dikombinasikan dengan latihan penguluran untuk meningkatkan jangkauan gerak sendi.

2. Latihan aktif dengan bantuan
Pada latihan jenis ini, gerakan dilakukan secara aktif akan tetapi dibantu oleh bantuan tenaga dari luar. Latihan jenis ini sangat bermanfaat untuk menguatkan otot yang lemah serta meningkatkan jangkauan gerak sendi. Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam hal ini adalah gravitasi. Jika latihan dibantu oleh gravitasi, efektivitas mobilisasi target struktur dapat meningkat.

3. Latihan Aktif
Latihan jenis ini dilakukan secara mandiri. Latihan ini terutama dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas jatingan melalui latihan stretching. Latihan penguluran ini dapat memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen.

Latihan ini secara alami dibatasi oleh rasa nyeri. Hal yang harus diperhatikan adalah waktu yang tepat untuk memulai latihan aktif mengingat cedera akut pada fase awal memerlukan imobilisasi untuk mencegah terjadinya cedera lanjut.

Imobilisasi ini kemudian perlu dilanjutkan dengan mobilisasi untuk membantu reabsorbsi jaringan parut dan rekapilerisasi area yang mengalami cedera. Latihan penguluran juga penting untuk mencegah kontraktur (pemendekan) sendi. Latihan stretching (penguluran) dapat dilaksanakan secara dinamis maupun statis.
  • Latihan stretching dinamis
    Latihan stretching jenis ini melibatkan gerakan aktif dengan menggunakan gerakan repetitive, ritmis secara intensif. Latihan dinamis bersifat progresif sampai mencapai jangkauan sendi yang diharapkan. Latihan dinamis terutama bermanfaat untuk cedera olahraga.

    Latihan ini meningkatkan fungsi otot dan kontrol neuromuscular dengan menggunakan latihan repetitif sehingga meningkatkan “ingatan” otot terhadap gerak lewat pembiasaan.
  • Latihan stretching statis
    Pada latihan ini dilakukan tahanan terhadap gerakan dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan efek yang diinginkan (biasanya waktu yang diperlukan minimal 30 detik).

    Latihan statis ditekankan pada pemulihan postur dan fungsi tubuh dengan gerakan intensitas rendah yang terkontrol. Latihan statis biasanya digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas otot.

    Elemen kontrol motorik halus dan perbaikan postur pada latihan jenis ini sangat ditekankan dan dapat ditingkatkan dengan menggunakan umpan balik dan koreksi dari ahli fisioterapi. Penderita juga dapat berlatih secara mandiri dengan menggunakan cermin untuk mengontrol postur. Latihan jenis ini banyak digunakan pada latihan Pilates, Tai Chi dan .Yoga.
  • Perbedaan Latihan Dinamis Latihan Statis
    • Teknik stretching Lebih cepat, ritmis, penekanan pada control motoris dan peningkatan fungsi.
    • Lambat dengen penekanan pada perbaikan postur tubuh.
    • Durasi stretching Repetitif dan progressif Ditahan selama 30 detik
    • Pelaksanaan Tahap akhir rehabilitasi Tahap awal dan akhir rehabilitasi
    • Dilaksanakan pada Orang yang aktif/olahragawan Semua orang

    Latihan stretching atau latihan strengthening (kekuatan) hanya akan berhasil bila menjangkau jaringan target. Hal ini penting untuk diperhatikan terutama ketika jaringan target meliputi lebih dari satu segment tubuh.

    Contoh ketika harus dilakukan stretching pada dua otot persendian misalnya pada hamstring, panggul harus dikontrol dan harus dilakukan fleksi panggul dan ekstensi lutut untuk dapat dilakukan penguluran secara efektif.

    Urutan gerakan juga dapat mempengaruhi efektifitas latihan. Contohnya pada gangguan rektus femoris, akan lebih efektif bila stretching dilakukan dengan ekstensi panggul kemudian fleksi lutut.

    Anatomi fungsional suatu bagian juga penting untuk diperhatikan, misalnya hamstring bagian medial (semimembranosus dan semitendinosus) memerlukan komponen rotasi lateral agar dapat dilakukan stretching dengan efektif.

    Sedangkan untuk melakukan stretching pada biceps femoris diperlukan rotasi medialkatrena letak biceps femoris adalah lateral dari lutut.
  • Progresi (Peningkatan) Latihan Imobilitas
    Rencana latihan tanpa progresi (perbaikan/peningkatan) sering tidak efektif. Oleh karenanya perlu diadakan revisi untuk menyesuaikan dengan kondisi penderita. Beberapa cara untuk melakukan progresi latihan, antara lain adalah :
    • Mengubah posisi awal
    Mengubah posisi awal akan mengubah posisi awal penyangga dan dapat mengubah kesulitan latihan. Mengurangi penyangga akan dapat meningkatkan tingkat kesulitan, begitu pula sebaliknya.

    Sebagai contoh : latihan dengan menumpu pada satu kaki memerlukan Perubahan posisi awal juga merubah hubungan segmen tubuh dengan gravitasi.Latihan yang dilakukan melawan gaya gravitasi memerlukan kerja otot konsentrik dan eksentrik ketika kembali pada posisi semula sehingga menyerupai latihan kekuatan.

    Pada otot yang mengalami pelemahan, latihan yang dilakukan dengan melawan gravitasi efektif pada latihan mobilisasi. Sebagai contoh squats dari posisi berdiri untuk meningkatkan jangkauan fleksi lutut, menggunakan efek gravitasi meningkatkan fleksi lutut.

    • Mengubah panjangnya tuas gerakan
    Merubah panjangnya tuas gerakan juga dapat mempengaruhi tenaga yang dibutuhkan pada saat dilakukan latihan. Tuas yang panjang akan meningkatkan kebutuhan tenaga sehingga diperlukan otot yang lebih banyak.

    • Mengubah kecepatan gerakan
    Perubahan kecepatan gerakan dapat merubah intensitas latihan. Suatu latihan dengan kecepatan yang tinggi akan dapat meningkatkan efek mobilisasi, akan tetapi perlu diingat bahwa penderita memerlukan control neuromuscular yang baik supaya menghindari cedera lanjut.

    • Mengubah jangkauan gerakan
    Perubahan jangkauan gerakan dapat merubah derajat kesulitan. Otot mempunyai kekuatan maksimal pada jangkauan menengah dan paling lemah pada jangkauan terjauh.

    • Memberikan beban pada latihan
    Pemberian beban latihan merupakan bagian dari latihan kekuatan.

D. Latihan Beban

Performa otot dapat dinilai berupa kekuatan (strength), tenaga (power) dan ketahanan (endurance). Keseluruhan performa otot tersebut dapat dilatih dengan menggunakan latihan beban. Beberapa manfaat latihan beban antaralain adalah :
  • Meningkatkan kekuatan jaringan ikat seperti tendon, ligamen dan jaringan ikat intramuscular.
  • Peningkatan kepadatan masa tulang.
  • Peningkatan komposisi otot terhadap lemak
  • Peningkatan keseimbangan

1. Latihan Kekuatan
Kekuatan otot merupakan kemampuan jaringan otot untuk mnghasilkan tekanan (resistensi) dari pembebanan terhadap otot tersebut. Latihan kekuatan merupakan prosedur sistematik berupa pembebanan kerja otot yang dilakukan secara repetitif pada waktu tertentu. 

Adaptasi otot yang terjadi pada proses pembebanan adalah hipertrofi otot yang merupakan hasil akhir dari adaptasi neural.

2. Latihan Power
Power otot merupakan suatu aspek performa otot berkaitan dengan kekuatan dan kecepatan otot. Latihan power dapat dilakukan dengan latihan meningkatkan kecepatan kerja otot. Beberapa jenis latihan power antaralain latihan pylometrik dan stretch-shortening drills.

3. Latihan Ketahanan
Ketahanan otot merupakan kemampuan untuk melakukan kerja intensitas rendah secara repetitif pada jangka waktu yang lama. Latihan ketahanan dilakukan dengan jalan pembebanan dengan beban ringan pada jangka waktu yang lama.

4. Jenis Latihan Beban
Secara garis besar latihan beban dapat dibedakan menjadi latihan beban manual dan mekanis. Berdasarkan asal pembebanan, latihan beban dapat dibedakan menjadi :
  • Latihan Beban manual
    Pada jenis latihan ini beban latihan dilakukan oleh orang yang berlatih maupun orang lain. Latihan jenis ini tepat untuk dilakukan pada tahap awal cedera atau rehabiliatasi penyakit.
  • Latihan Pembebanan Mekanis
    Pada latihan jenis ini beban latihan diberikan oleh mesin. Kadar pembebanan dapat diukur dan dapat melebihi pembebanan yang dilakukan oleh orang itu sendiri atau teraphist.

Secara biomekanika, latihan pembebanan dapat dibedakan menjadi:
  • Latihan Statis (Latihan Isometrik)
    Latihan jenis isometrik adalah jenis latihan dimana tidak terdapat perubahan panjang otot. Contoh latihan ini misalnya dengan menarik maupun mendorong objek yang tidak dapat digerakkan dan mempertahankan posisi tubuh terhadap tekanan.

Indikasi latihan isometrik :
  • Mencegah dan meminimalkan atrofi otot ketika pergerakan sendi tidak memungkinkan misalnya penggunaan bidai atau gips.
  • Meningkatkan stabilitas postur dan persendian.
  • Meningkatkan kekuatan otot ketika latihan dinamis dikhawatirkan dapat mengakibatkan cedera sendi

Jenis Latihan Isometrik
Beberapa jenis latihan isometrik meliputi :.
  • Muscle-setting exercises.
    Merupakan jenis latihan dengan pembebanan minimal yang digunakan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan relaksasi dan sirkulasi setelah cedera serta meminimalkan resiko atrophy. Beberapa otot yang dapat dilatih dengan cara ini adalah otot kuadriseps dan gluteal.
  • Latihan stabilisasi.
    Pada latihan ini diberikan pembebanan submaksimal untuk meningkatkan stabilitas postural sesorang dengan gangguan persendian atau tonus otot. Pada latihan ini biasanya digunakan berat badan tubuh.
  • Latihan Isometrik Multi Sudut
    Jenis latihan melibatkan beberapa persendian dengan beban manual amupun mekanis. Latihan jenis ini dilakukan bila tujuan latihan adalah meningkatkan kekuatan beberapa segmen otot .


Karakteristik Latihan Isometrik
  • Intensitas Kontraksi Otot.
    Kekuatan tekanan yang dapat digenerasikan otot tergantung posisi sendi. Intensitas kekuatan yang digunakan adalah 60% sampai 80% kekuatan maksimal dan disesuaikan pada setiap posisi. Beban perlahan ditingkatkan sampai pada akhirnya kekuatan otot meningkat.
  • Lama/Durasi Aktivitas
    Latihan isometrik dilakukan 6 sampai 10 detik. Latihan yang dilakukan kurang dari 6 detik belum menimbulkan adaptasi atau perubahan anatomi dan fisiologi otot sedangkan latihan yang dilakukan terlalu lama dapat menimbulkan kelelahan dan bahkan bila berulang ulang dapat menimbulkan cedera.
  • Kontraksi Repetitif
  • Variasi pada Sudut Sendi
    Untuk memaksimalkan efek fisiologis kontraksi isometris dilakukan pada berbagai posisi sendi. Pada umumnya direkomendasikan untuk memvariasi arah sendi menjadi 4 sampai 6 arah.

Kontra indikasi latihan:
Latihan ini dikontraindikasikan pada penderita gangguan kardiovaskular karena latihan isometrik cenderung membuat sesoorang menahan napas pada saat menahan beban sehingga dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah (valsava maneveur)
  • Latihan Dinamis
    Kontraksi otot dinamis menimbulkan perubahan sudut sendi sehingga menimbukan pemendekan segmen otot (kontraksi concentric) atau pemanjangan segmen otot (kontraksi eccentric). Contoh latihan konsentris adalah pada saat mengangkat beban sedangkan contoh latihan eksentrik adalah ketika seseorang menurunkan beban. 

Manfaat latihan consentric dan eccentric.
Latihan konsentrik meningkatkan akselarasi otot sedangkan latihan eccentrik menurunkan akselarasi otot sehingga dapat berfungsi untuk menahan dan menyerap tekanan selama aktivitas dengan tekanan otot yang tinggi sehingga mengurangi resiko cedera.

Latihan jenis konsentrik dan eksentrik menunjang banyak aktivitas dalam kehidupan seperti saat naik turun tangga, duduk dan bangkit dari duduk sehingga latihan jenis ini sangat bersifat fungsional dalam kehidupan sehari hari. Latihan jenis ini dapat dilakukan dengan plyometric training (stretch-shortening drills) atau latihan eksentrik dengan intensitas tinggi.

Karakteristik dan Efek Latihan Concentric and Eccentric
  • Beban latihan
    Kontraksi konsentrik pada beban yang sama menghasilkan gaya yang lebih ringan dibanding dengan dengan latihan eksentrik. Sebagai contoh beban yang lebih berat dapat diturunkan daripada dinaikkan.

    Walaupun demikian stress kardiovaskular yang dialami seseorang terjadi lebih besar pada latihan eksentrik sehingga perlu diadakan pengawasanyang cermat pada penderita gangguan kardiovaskular yang melakukan latihan ini.
  • Kecepatan latihan
    Kecepatan latihan concentric dan eccentric mempengaruhi kapasitas unit neuromuscular. Pada kecepatan rendah latihan eksentrik menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan latihan konsentrik sehingga pada kecepatan yang rendah beban yang berat dapat diturunkan daripada diangkat.

E. Latihan Aerobik

Latihan aerobik merupakan latihan yang dirancang untuk meningkatkan kerja metabolisme aerobik otot. Supaya metabolisme aerobik dapat terjadi, intensitas latihan aerobik adalah rendah sampais edang sehingga pengaturan napas masih bisa terjadi.

Pada latihan ini terjadi peningkatan level enzimatis oksidatif, peningkatan mitokondria serta peningkatan kapilerisasi pembuluh darah tepi. Beberapa jenis latihan ini adalah berlari, joging, berjalan, bersepeda, treadmill dan berenang.

1. Prinsip Dasar Latihan Aerobik
  • Latihan ini akan meningkatkan adaptasi otot skelet, otot jantung dan keseluruhan kualitas kardiorespirasi sehingga dapat meningkatkan ketahanan seseorang. Hasil akhir ketahanan fisik dan level kebugaran tergantung pada intensitas, durasi serta frekuensi latihan.
  • Intensitas latihan didasartkan pada targer nadi latihan dan frekuensi maksimal denyut nadi. Secara garis besar, denyut nadi maksimal ditetapkan dengan jalan mengurangi 220 dengan umur, sedangkan zona latihan ditetapkan anatar 60 sampai 85% denyut nadi maksimal.
  • Durasi latihan aerobik dengan intensitas yang sesuai delakukan selama 20 sampai 30 menit dan didahului dan diakhiri dengan periode pemanasan dan pendinginan selama 10 sampai 15 menit
  • Frekuensi latihan dilakukan 3 sampai 5 kali dalam satu minggu.
  • Jenis latihan aerobik disesuiakan dengan tujuan spesifik, misalnya apabila tujuannya untuk meningkatkan kebugaran fisik pada kehidupan sehari hari, sebaiknya gerakan latihan didasarkan pada gerakan berjalan.
  • Latihan perlu disesuaikan dengan toleransi fisisk individe untuk menghindari overuse. Peningkatan intensitas latihan tidak lebih dari 10 % per minggu.



Nah itu dia bahasan dari terapi latihan yang ada pada fisioterapi, dari penjelasan diatas bisa diketahui mengenai terapi latihan merupakan komponen yang penting pada proses rehabilitasi paska cedera maupun gangguan penyakit kronis.

Dengan dilakukannya terapi latihan, diharapkan fungsi tubuh yang mengalami penurunan dapat kembali pada keadaan semula. Tujuan pertama terapi latihan adalah mengembalikan kemampuan fisik agar dapat melaksanankan aktifitas sehari hari.

Tujuan ini dapat dipenuhi dengan latihan fleksibilitas, latihan mobilitas dan latihan kekuatan. Pada tahap lanjut, dilakukan latihan aerobik dengan tujuan meningkatkan ketahanan kardiorespirasi atau peningkatan kapasitas fisik (kebugaran).

Sekian dari artikel ini mungkin itu saja yang bisa disampaikan, mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan, terimakasih telah membaca artikel ini, "God Bless Us and Protect Us"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel