-->

Diabetes Mellitus (DM): Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Symptoms

 Diabetes melitus diambil kata Yunani dari "Diabetes" yang berarti menyedot-melewati dan kata Latin "Melitus" yang berarti manis. Tinjauan sejarah menunjukkan bawah istilah diabetes pertama kali digunakan oleh Apollonius dari Memphis sekitar 250 hingga 300 SM. Peradaban Yunani kuno, India, dan Mesir menemukan sifat manis urin dalam kondisi ini, dan karenanya muncullah penyebaran kata Diabetes Mellitus. Mering dan Minkowski pada tahun 1889, menemukan peran pankreas dalam patogenesis diabetes. Pada tahun 1922 Banting, Best, dan Collip memurnikan hormon insulin dari pankreas sapi di University of Toronto, yang mengarah pada tersedianya pengobatan yang efektif untuk diabetes pada tahun 1922.


Diabetes Mellitus (DM): Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Symptoms Definisi Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang melibatkan peningkatan glukosa darah yang tidak tepat. Jenis Diabetes melitus meliputi type 1, type 2, maturity-onset diabetes of the young (MODY), gestational diabetes, neonatal diabetes, and secondary causes due to endocrinopathies, steroid use, dll.  Subtipe utama DM adalah Type 1 diabetes mellitus (T1DM) dan Type 2 diabetes mellitus (T2DM). T1DM muncul pada anak-anak atau remaja, sedangkan T2DM muncul pada orang dewasa paruh baya dan lebih tua yang mengalami hiperglikemia berkepanjangan karena gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk. Patogenesis untuk T1DM dan T2DM sangat berbeda.    Etiologi Islets langerhans di pankreas terdapat dua subkelas utama sel endokrin yaitu sel beta penghasil insulin dan sel alfa yang mencekresi glukagon. Sel beta dan alfa terus mengubah tingkat sekresi hormon mereka berdasarkan lingkungan glukosa. Jika tidak ada keseimbangan antara insulin dan glukagon, kadar glukosa menjadi tidak seimbang. Pada kondisi diabetes melitus, insulin tidak ada atau memiliki aksi yang terganggu (resistensi insulin), dan dengan demikian menyebabkan hiperglikemia.  T1DM (Type 1 diabetes mellitus) melibatkan penghancuran sel beta di pankreas, biasanya sekunder akibat proses autoimun. Hasilnya adalah penghancuran obasolut sel beta, dan konsekuensinya, insulin tidak ada atau sangat rendah. T2DM (Type 2 diabetes mellitus) melibatkan onset yang lebih berbahaya di mana ketidakseimbangan antara kadar insulin dan sensivitas insulin menyebabkan defisit fungsional insulin. Resistensi insulin bersifat multifaktorial tetapi umumnya berkembang dari obesitas dan penuaan.    Patofisiologi Penderita DM (diabetes melitus) memiliki potensi hiperglikemia. Patologi DM tidak jelas karena beberapa faktor seringkali dapat menyebabkan penyakit ini. Hiperglikemia dapat merusak fungsi sel beta pankreas dan berkontribusi pada gangguan sekresi insulin. Konsekuensinya, ada lingkaran setan hiperglikemia yang menyebabkan gangguan metabolisme. Kadar glukosa darah di atas 180 mg/dL sering dianggap hiperflikemik dalam konteks ini, meskipun karena berbagai mekanisme, tidak ada batasan yang jelas. Pasien mengalami diuresis osmotik karena saturasi pengangkut glukosa di nefron pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Meskipun efeknya bervariasi, kadar glukosa serum di atas 250 mg/dL cederung menyebabkan gejala poliuria dan polidipsia.  Resistensi insulin disebabkan kelebihan asam lemak dan sitokin proinflamasi, yang menyebabkan gangguan transportasi glukosa dan meningkatkan pemecahan lemak. Karena ada respon atau produksi insulin yang tidak adekuat, tubuh merespon dengan meningkatkan glukagon secara tidak tepat, sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap hiperglikemia. Sementara resistensi insulin adalah komponene dari T2DM, penyakit ini terjadi ketika pasien memiliki produksi insulin yang tidak memadai untuk mengkompensasi resistensi insulin.  Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan glikasi protein dan lipid nonenzimatik. Tingkat ini diukur melalui tes glikasi hemoglobin (HbA1c). Glikasi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di retina, ginjal, dan saraf tepi. Kadar glukosa yang lebih tinggi mempercepat proses. Kerusakan ini mengarah pada komplikasi diabetes klasik retinopati diabetik, nefropati, dan neuropati.    Symptoms Gejala hiperglikemia ditandi dengan poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, polifagia, dan penglihatan kabur. Gangguan pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat menyertai hiperglikemia kronis. Konsekuensi akut yang mengancam jiwa dari diabetes yang tidak terkontrol adalah hiperglikemia dengan kateosidosis atau sindrom hiperesmolar nenketotik.  Komplikasi jangka panjang diabtes termasuk retinopati dengan potensi kehilang penglihatan; nefropati yang menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi charcot; dan neuropati otonom yang menyebabkan gejala gastroinstestinal, genitourinari, dan kardiovaskular serta disfungsi seksual. Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan insiden penyakit kardiovaskular aterosklerotik, arteri perifer, dan serebrovaskular. Hipertensi dan kelainan metabolisme lipopretein sering dijumpai pada penderita diabetes.


Diabetes Mellitus (DM): Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Symptoms

Definisi

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang melibatkan peningkatan glukosa darah yang tidak tepat. Jenis Diabetes melitus meliputi type 1, type 2, maturity-onset diabetes of the young (MODY), gestational diabetes, neonatal diabetes, and secondary causes due to endocrinopathies, steroid use, dll.

Subtipe utama DM adalah Type 1 diabetes mellitus (T1DM) dan Type 2 diabetes mellitus (T2DM). T1DM muncul pada anak-anak atau remaja, sedangkan T2DM muncul pada orang dewasa paruh baya dan lebih tua yang mengalami hiperglikemia berkepanjangan karena gaya hidup dan pilihan makanan yang buruk. Patogenesis untuk T1DM dan T2DM sangat berbeda.


Etiologi

Islets langerhans di pankreas terdapat dua subkelas utama sel endokrin yaitu sel beta penghasil insulin dan sel alfa yang mencekresi glukagon. Sel beta dan alfa terus mengubah tingkat sekresi hormon mereka berdasarkan lingkungan glukosa. Jika tidak ada keseimbangan antara insulin dan glukagon, kadar glukosa menjadi tidak seimbang. Pada kondisi diabetes melitus, insulin tidak ada atau memiliki aksi yang terganggu (resistensi insulin), dan dengan demikian menyebabkan hiperglikemia.

  • T1DM (Type 1 diabetes mellitus) melibatkan penghancuran sel beta di pankreas, biasanya sekunder akibat proses autoimun. Hasilnya adalah penghancuran obasolut sel beta, dan konsekuensinya, insulin tidak ada atau sangat rendah.
  • T2DM (Type 2 diabetes mellitus) melibatkan onset yang lebih berbahaya di mana ketidakseimbangan antara kadar insulin dan sensivitas insulin menyebabkan defisit fungsional insulin. Resistensi insulin bersifat multifaktorial tetapi umumnya berkembang dari obesitas dan penuaan.


Patofisiologi

Penderita DM (diabetes melitus) memiliki potensi hiperglikemia. Patologi DM tidak jelas karena beberapa faktor seringkali dapat menyebabkan penyakit ini. Hiperglikemia dapat merusak fungsi sel beta pankreas dan berkontribusi pada gangguan sekresi insulin. Konsekuensinya, ada lingkaran setan hiperglikemia yang menyebabkan gangguan metabolisme. Kadar glukosa darah di atas 180 mg/dL sering dianggap hiperflikemik dalam konteks ini, meskipun karena berbagai mekanisme, tidak ada batasan yang jelas. Pasien mengalami diuresis osmotik karena saturasi pengangkut glukosa di nefron pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Meskipun efeknya bervariasi, kadar glukosa serum di atas 250 mg/dL cederung menyebabkan gejala poliuria dan polidipsia.

Resistensi insulin disebabkan kelebihan asam lemak dan sitokin proinflamasi, yang menyebabkan gangguan transportasi glukosa dan meningkatkan pemecahan lemak. Karena ada respon atau produksi insulin yang tidak adekuat, tubuh merespon dengan meningkatkan glukagon secara tidak tepat, sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap hiperglikemia. Sementara resistensi insulin adalah komponene dari T2DM, penyakit ini terjadi ketika pasien memiliki produksi insulin yang tidak memadai untuk mengkompensasi resistensi insulin.

Hiperglikemia kronis dapat menyebabkan glikasi protein dan lipid nonenzimatik. Tingkat ini diukur melalui tes glikasi hemoglobin (HbA1c). Glikasi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di retina, ginjal, dan saraf tepi. Kadar glukosa yang lebih tinggi mempercepat proses. Kerusakan ini mengarah pada komplikasi diabetes klasik retinopati diabetik, nefropati, dan neuropati.


Symptoms

Gejala hiperglikemia ditandi dengan poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, polifagia, dan penglihatan kabur. Gangguan pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat menyertai hiperglikemia kronis. Konsekuensi akut yang mengancam jiwa dari diabetes yang tidak terkontrol adalah hiperglikemia dengan kateosidosis atau sindrom hiperesmolar nenketotik.

Komplikasi jangka panjang diabtes termasuk retinopati dengan potensi kehilang penglihatan; nefropati yang menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi charcot; dan neuropati otonom yang menyebabkan gejala gastroinstestinal, genitourinari, dan kardiovaskular serta disfungsi seksual. Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan insiden penyakit kardiovaskular aterosklerotik, arteri perifer, dan serebrovaskular. Hipertensi dan kelainan metabolisme lipopretein sering dijumpai pada penderita diabetes.


Referensi:

  1. Sapra A, Bhandari P. Diabetes Mellitus. [Updated 2022 Jun 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/?report=classic
  2. American Diabetes Association (2010). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes care, 33 Suppl 1(Suppl 1), S62–S69. https://doi.org/10.2337/dc10-S062

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel