-->

Electrotherapy Fisioterapi : Pengertian, Jenis, Indikasi, Penggunaan, Dan Resiko

Elektroterapi (terapi listrik)- merupakan intervensi dari fisioterapi yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan memacu kontraksi otot supaya sifat fisiologis otot tetap terjaga. Elektroterapi merupakan terapi yang menggunak listrik dengan arus listrik tegangan rendah. Namun sebelum lanjut membaca artikel ini, akan membahas mengenai terapi listrik (electrotherapy) pada fisioterapi, untuk mengetahui lebih lanjut silahkan simak bahasan dibawah ini.

Electrotherapy Fisioterapi : Pengertian, Jenis, Indikasi, Penggunaan, Dan Resiko


ELECTROTHERAPY

1. Pengertian Electrotherapy Pada Fisioterapi

Terapi listrik (electrotherapy) merupakan terapi dengan menggunakan listrik arus rendah. Arus listrik terjadi karena adanya arus elektron yang melewati konduktor. Jumlah arus yang melewati suatu konduktor dihitung dalam ampere.

Sedangkan hambatan yang dialami oleh arus diukur dalam satuan ohms (Ω) dan tegangan yang terjadi dalam satuan volt. Satu volt merupakan tegangan yang terjadi ketika arus sebesar satu ampere melewati konduktor dengan hambatan 1 ohm.

Pada electrotherapy, arus yang terjadi pada tegangan 1 sampai 150 V disebut arus tegangan rendah, sedangkan diatas 150 V disebut arus tegangan tinggi. Energi yang terjadi pada terapi tersebut dihitung sebagai watt (ampere kali voltage).

Arus listrik yang diapliaksikan pada syaraf dapat berupa arus AC (alternating current), DC (direct curent) maupun pulsed. Arus listrik tersebut pada intensitas dan durasi yang memadai dapat meningkatkan kerja syaraf dalam merangsang jaringan yang dipersarafi.

Tiga jenis syaraf secara fisiologis dibedakan menjadi :
  • Sensoris
  • Motoris
  • Persepsi nyeri
Listrik arus rendah dapat mengurangi nyeri dengan memblokir saraf sensorik. Arus listrik rendah ini juga dapat menstimulasi saraf motorik karena impuls elektrik ini menyerupai impuls saraf otak untuk menstimulasi gerakan otot. Oleh karenanya terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan otot. 

Beberapa teori tentang mekanisme terapi listrik dalam mengurangi nyeri antara lain adalah lewat mekanisme menghambat transmisi nyeri ke otak (gate control theory) dan teori kedua adalah lewat mekanisme pengeluaran endorphins (suatu hormon dalam otak yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan mempengaruhi emosi).
  • Parameter Penggunaan Alat Electrotherapy, Alat electrotherapy menggunakan tiga jenis arus yang ketika diaplikasikan pada tubuh mampu mempengaruhi tubuh secara spesifik yakni jenis AC, DC dan gelombang (pulsed). Arus DC (Direct Current) atau galvanik bergerak searah dari kutup positif ke negatif.
  • Modulasi pada Electrotherapy
    a.Modulasi merupakan kemampuan untuk mengubah durasi dari gelombang listrik.
    b.Modulasi dapat bersifat kontinyu, interupted atau surged baik pada arus AC maupun DC.
    c.Modulasi arus DC kontinyu
    d.Modulasi arus AC triangular kontinyu
    e.Modulasi arus DC interrupted
    f.Modulasi arus AC square interupted
    g.Modulasi arus DC triangular surging
    i.Modulasi arus AC sinus surging
  • Intensitas Arus pada Electrotherapy, Intensitas merujuk pada tegangan voltase pada alat electrotherapy.

    Generator yang menghasilkan 0-150 Volt disebut sebagai generator tegangan rendah sedangkan generator yang dapat memproduksi sampai dengan 500 Volt disebut sebagai generator tegangan tinggi.

    Generator tegangan rendah umumnya memiliki jenis arus DC sedangkan generator tegangan tinggi dapat berupa arus AC dan DC.

    Sebagian besar peralatan electrotherapy yang dipergunakan untuk mengatasi gangguan cedera olahraga adalah jenis arus DC tegangan tinggi.
  • Durasi, Frekuensi dan Polaritas pada Electrotherapy, Durasi merujuk pada dua hal yakni durasi terapi dan waktu yang dibutuhkan pada satu kali siklus. Frekuensi merupakan jumlan gelombang yang terjadi pada tiap detik (PPS :pulses per second).

    Frekuensid apat berkisar dari 1 PPS sampai beberapa ribu PPS. Polaritas merupakan arah aliran. Arus dapat mengalir dari kutup positif ke negatif atau sebaliknya.
  • Pengaturan Elektroda, Pada electrotehrapy, elektroda lembab dilekatkan pada kulit. Elektroda aktif yang mengalirkan arus dapat berukuran kecil sampai dengan yang berdiameter sekitar 10 cm.

    Mengingat arus mengalir diantara kedua electroda tersebut, jarak antara elektroda bergantung pada kontraksi otot yang diinginkan.

    Semakin dekat jarak antara elektroda, semakin dangkal dan terisolasilah kontraksi otot dan sebaliknya. Efek fisiologis terapi dapat terjadi pada kedua elektroda tapi efek lebih bermakna pada electroda aktif. 

2. Efek Fisiologis Electrotherapy Fisioterapi

Arus listrik AC, DC maupun pulsed dapat digunakan untuk memodulasi nyeri dan untuk memacu kontraksi otot. Khusus arus DC dapat digunakan untuk ionthoporesis yang merupakan usaha memasukkan bahan topikal dengan menggunakan arus listrik.

Modulasi nyeri yang dapat dilakukan arus listrik adalah dengan mekanisme gate control (membiaskan nyeri dengan persepsi sensoris yang lain) dan perangsangan morfin endogen.

Sedangkan kontraksi otot yang etrjadi pada electrotherapy terjadi dengan cara arus listrik memacu rangsangan motorik melalui peningkatan eksitabilitas syaraf yang pada akhirnya memacu motor end plate otot.

Semakin tinggi intensitas arus semakin banyak berkas otot yang dapat dipengaruhi. Kontraksi otot tersebut bermanfaat untuk : pemompaan otot, penguatan otot, pengurangan efek atrofi otot dan reedukasi otot. 
  • Pemompaan Otot ; Jenis kontraksi otot yang tejadi dipergunakan untuk meningkatkan sirkulasi dengan jalan meningkatkan aliran darah balik. Pada keadaan ini diperlukan arus DC dengan tegangan tinggi.

    Untuk mendapatkan efek ini diperlukan frekuensi arus 20 sampai 40 PPS dengan jenis surged dan waktu tunggu 5 detik.

    Bagian yang cedera perlu ditinggikan dan kontraksi aktif perlu dilakukan. Pada keadaan ini waktu terapi yang dibutuhkan adalah 20 sampai 30 menit.
  • Penguatan Otot ; Kontraksi otot yang terjadi dapat pula ditujukan untuk meningkatkan kekuatan otot.

    Pada tujuan ini diperlukan arus AC dengan frekuensi tinggi. Frekuensi yang dibutuhkan adalah 50 sampai 60 PPS denagn jenis arus surged dan waktu terapi 15 detik dan waktu alat dimatikan selama 10 detik yang dilakukan 10 kali.

    Terapi ini dilakukan sebanyak 3 x dalam satu minggu. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, atlet dapat mengkombinasikan terapi ini dengan kontraksi aktif maksimal dengan pembebanan.
  • Pencegahan Atrophy, Kontraksi otot yang terjadi pada electrotherapy dapat berfungsi untuk meminimalkan atrophy pada otot yang mengalami kelumpuhan atau cedera sehinga harus mengalami imobilisasi.

    Untuk tujuan ini disarankan untuk menggunakan aeus AC frekuensi tinggi 30 sampai 60 PPS dengan mode arus interuppted.

    Pada saat yang bersamaan penderita dapat melakukan kontraksi isometrik. Waktu yang diperlukan untuk terapi ini adalah 15 sampai 20 menit.
  • Reedukasi Otot ; Inhibisi otot setelah strain atau operasi dapat dikurangi dengan jalan melakukan electrotherapy pada otot.

    Intensitas yang diperlukan adalah 30 sampai 50 PPS menggunakan mode interupted atau surged. Waktu terapi yang diperlukan adalah 15 sampai 20 menit, treatment dilakuakna beberapa kali dalam sehari.

3. Indikasi Electrotherapy Fisioterapi

Terapi listrik digunakan untuk mengatasi nyeri akut maupun kronis, meliputi : 
  • Nyeri punggung, Nyeri punggung dapat disebabkan oleh sprain atau strain, degenerasi discus, sciatica dan scoliosis.

    Keadaan keadaan ini dapat diperbaiki dengan terapi listrik. Teknik yang sering dipergunakan adalah transcutaneous electro nerve stimulation (TENS) yang dapat mengurangi spasme dan nyeri yang disebabkan oleh fraktur vertebrae yang disebabkan oleh osteoporosis.
  • Nyeri leher, Jenis nyeri leher yang sering terjadi adalah dikarenakan cedera whisplash yang dapat menimbulkan nyeri dan kekakuan pada bagian dasar dan samping  leher.

    Gangguan struktur pada leher juga dapat menimbulkan nyeri kepala dan nyeri yang menjalar ke bahu. Pada keadaan ini terapi listrik dapat digunakan untuk mengurangi nyeri.
  • Nyeri sendi. Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri sendi dalam hidupnya. Nyeri tersebut dapat terjadi akibat keadaan akut maupun kronis. Beberapa contoh keadaan sendi yang dapat diterapi dengan terapi listrik adalah :

    Arthritis (radang sendi). Beberapa jenis radang sendi yang sering dijumpai adalah osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.

    Gangguan persendian temporo mandibular yang menghubungkan mandibula dengan tengkorak kepala. Gangguan sendi ini dapat mempengaruhi rahang, wajah, bahu, kepala dan leher.
  • Tendinitis (peradangan tendon). Gangguan tendinitis paling sering dikarenakan penggunaan yang berlebihan.
  • Bursitis (peradangan pada bursa), Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara jaringan. Tubuh kita memiliki 160 bursa yang terletak pada bahu, siku, pinggang dan lutut
  • Nyeri saraf. Terapi listrik dapat bermanfaat pada neuropathy perifer, neuralgia cranial dan postherpetic neuralgia.
  • Nyeri kepala. Bentuk yang paling sering adalah tension headaches (dideskripsikan  sebagai ikatan yang kuat pada kepala), migrain (dideskripsikan sebagai nyeri berdenyut yang kadang diikuti rasa mual), nyeri kepala kluster (dideskripsikan sebagai nyeri tajam di satu sisi kepala).
  • Fibromyalgia. Fibromyalgia merupakan nyeri kronis otot yang sering diikuti oleh  kekakuan jaringan, kelelahan dan gangguan tidur.
  • Nyeri pelvis. Terapi listrik direkomendasikan untuk sistitis interstitial, prostatitis dan nyeri menstruasi.
  • Nyeri dada. Kondisi seperti costochondritis dan heartburn dapat diterapi dengan electrotherapy.
  • Nyeri post-operasi. Nyeri ini dapat dikurangi dengan iontophoresis yakni terapi listrik untuk meningkatkan absorbi obat topikal yang dalam hal ini berupa krim analgaetik. 

4. Jenis Aplikasi Electrotherapy

Terdapat beberapa jenis terapi listrik untuk mengurangi nyeri yang antara lain 
meliputi : 
  • Transcutaneous electro nerve stimulation (TENS) yang merupakan alat portable bertenaga baterai yang dapat menghasilkan arus listrik bertegangan rendah yang  dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakkan diatas area yang mengalami gangguan.

    Arus listrik mengeblok saraf sensorik area tersebut dengan jalan menghambat transmisi nyeri menuju otak.
  • Percutaneous neuromodulation therapy (PNT) atau percutaneous electro nerve stimulation (PENS) merupakan alat mirip TENS namun menggunakan jarum yang disisipkan ke dalam jaringan yang mengalami gangguan.

    Alat ini digunakan pada area yang sukar dijangkau dengan TENS misalkan karena obesitas, jaringan parut dan lain-lain.
  • Electroacupuncture yang merupakan variasi PNT yang dilakukan pada titik akupunture dalam tubuh. Auriculotherapy merupakan jenis PNT yang dilakukan pada titik akupuntur telinga.
  • Microcurrent electrotherapy (MET) yang merupakan terapi listrik yang menggunakan arus listrik yangsangat rendah (1 PPS) yang tidak dapat disensor oleh tubuh. Terapi ini bertujuan untuk mempercepat fase pertumbuhan pada jaringan lunak maupun tulang.
  • Iontophoresis yang merupakan teknik meningkatkan absorbsi obat topical dengan bantuan arus listrik. Teknik ini dapat digunakan untuk terapi nyeri leher, nyeripunggung, arthritis, cedera rotator cuff dan bursitis.

    Pada teknik ini diperlukan arus DC intensitas rendah dengan mode gelombang kontinyu agar gelombang dapat mendorong obat masuk ke dalam kulit.

    Intradiscal electrothermal therapy (IDET) yang merupakan kawat yang dipergunakan pada daerah diskus intervertebrae yang mengalami gangguan.

    Kawat dipanaskan secara elektrik untuk memperbaiki keadaan diskus. Kawat IDET yang disisipkan dalam diskus intervertebralis
  • Spinal cord stimulation (SCS) yang merupakan penggunaan arus listrik untuk menghambat transmisi nyeri ke otak.

    Suatu kumparan kecil ditransmisikam dibawah kulit. Sinyal listrik ditransmisikan pada sumsum tulang belakang. Cara ini dilakukan pada keadaan nyeri punggung bawah yang kronis
  • Occipital neurostimulation (ONS) merupakan jenis pembedahan minimal dengan meletakkan elektroda di bawah kult pada bagian dasar tulang kepala. ONS dipergunakan untuk memperbaiki nyeri kepala termasuk migren dan sakit kepala.
  • Galvanic stimulation (GS) yang digunakan untuk mengobati cedera akut. Tidak seperti jenis terapi listrik lain yang menggunakan arus bolak balik, Terapi GS menggunakan arus searah.
  • Russian stimulation. Yang merupakan jenis terapi listrik yang dapat menembus  otot dan menimbulkan kontraksi yang intensif.

    Metode ini sering dipergunakan 
    untuk mengatasi cedera sumsum tulang, skoliosis dan nyeri otot kronis. Shortwave diathermy merupakan arus listrik frekuensi tinggi yang dapat meningkatkan suhu jaringan.

    Modalitas ini dapat meningkatkan elastisitas jaringan ikat (khususnya kulit), otot, ligamen dan kapsul sendi. Kondisi ini dilakukan untuk mengatasi arthritis, bursitis, sinusitis, tendinitis, contusions, ruptures dan fraktur

    Transcutaneous electro joint stimulation (TEJS) yang merupakan pemberian arus listrik melalui elektroda yang dilakukan pada permukaan sendi.

    Interferential electro stimulation (IFC) yang dipergunakan pada jaringan dalam seperti otot dasar panggul yang tidak berespon dengan etenis electrotherapy yang lain.

    Pada jenis ini digunakan lebih dari satu generator yang mentransmsiikangelombang dengan frekuensi yang berbeda.

    Dua pasang elektroda dipasangdengan pola bersilangan dengan lokasi cedera menjadi titik sentral persilangan.
  • Sympathetic therapy yang merupakan teknik untuk mengurangi nyeri kronis dengan jalan menstimulasi system saraf simpatis sehingga terjadi keseimbangan system saraf otonom.
  • Cranial electrotherapy stimulation (CES) dimana elektroda dipasang dibelakang telinga, di dekat wajah.

    CES bekerja dengan meningkatkan produksi endorphin (hormone yang terutama ditemukan di otak untuk meningkatkan ambang nyeri dan mempengaruhi emosi).

    Metode ini digunakan untuk mengobati kecemasan, depresi, insomnia dan ketergantungan obat. 
  • Functional electro stimulation (FES) yang merupakan teknik untuk menstimulasi gerakan pada otot yang mengalami kelumpuhan atau kelemahan.

    FES digunakan untuk mengatasi cedera sumsum tulang belakang, stroke, multiple sklerosis dan cerebral palsy. Teknik ini juga dikenal sebagai peripheral nerve stimulation (PNS). 
  • Neuromuscular electro stimulation (NMES) merupakan alat yang dapat menghasilkan impuls listrik untuk mengaktivasi otot yang tidak sering dipergunakan. 
  • Vagus nerve stimulation (VNS) merupakan alat yang dengan pembedahan dimplantasikan untuk menghantarkan impuls saraf menuju otak. VNS telah diketahui dapat mengatasi depresi.
  • Deep brain stimulation (DBS) merupakan elektroda yang disisipkan ke dalam  otak untuk menstimulasi area yang disebut thalamus. DBS telah dilakukan untuk  mengatasi gangguan gerakan seperti yang terjadi pada parkinson, tremor dan dystonia. 
  • Gastric pacemakers yang menyerupai alat pacu jantung yang dipergunakan pada penderita obesitas untuk menstimulasi sensasi rasa kenyang. Obesitas dapat menimbulkan nyeri perut, nyeri dada, nyeri punggung dan osteoarthritis. 
  • LASER (Light amplification by stimulation emission of radiation) yang bertujuan untuk meningkatkan sintesis kolagen, mengurangi resiko kontaminasi oleh  microorganisme, meningkatkan vaskularisasi, mengurangi nyeri dan peradangan.

5. Penggunaan Electrotherapy Pada Fisioterapi

Sebelum dilakukan electrotherapy, ahli fisioterapi harus melacak riwayat penyakit serta mengadakan pemeriksaan fisik dengan fokus utama pada area yang mengalami nyeri. 

Penilaian terhadap nyeri dilakukan untuk menilai frekuensi, intensitas dan durasi nyeri. Penderita juga harus ditanya apakah nyeri sampai menimbulkan keterbatasan gerakan atau apakah gerakan tertentu dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri. 

Penderita diminta untuk menggambarkan intensitas nyeri dengan skala 0 (tidak nyeri) sampai dengan 10 (nyeri yang tidak tertahankan). Skala ini penting untuk mengevaluasi apakah suatu tindakan dapat mengurangi nyeri. 

Ahli fisioterapi bertugas untuk menentukan jenis terapi listrik yang paling tepat, frekuensi serta durasi terapi sesuai dengan jenis dan keparahan gangguan.

Terapi listrik ini biasanya dikombinasikan dengan jenis terapi lain misalkan manual therapy. Pada umumnya, elektroda atau kumparan kawat diletakkan diatas bagian yang  mengalami gangguan atau bagian yang perlu stimulasi. Pada beberapa teknik alat-lat ini  diimplantasikan dibawah kulit.

Elektroda tersebut biasanya dihubungkan pada komputer  yang diprogram untuk menghasilkan besar arus yang sesuai dengan kebutuhan. Arus  listrik tersebut kemudian akan menstimulasi otot dan saraf pada area tersebut. 

Komputer dapat pula mengukur respon penderita terhadap terapi. Pada umumnya terapi listrik tidak menimbulkan nyeri atau rasa tidak nyaman. Penderita mungkin merasakan sensasi getaran yang ringan. Penderita biasanya akan merasakan berkurangnya rasa nyeri setelah perlakuan. 

Pada beberapa jenis terapi penderita memrlukan beberapa kali terapi sebelum merasakan adanya perbaikan. Beberapa jenis terapi seperti TENS dapat dilakukan sendiri di rumah oleh penderita setelah penderita diberi pelatihan sehingga dapat mengurangi ketergantungan penderita terhadap therapist. 

6. Kontraindikasi Electrotherapy

Beberapa kontraindikasi terapi listrik adalah : 
  • Wanita hamil karena dapat mengakibatkan gangguan perkembanagan janin. 
  • Penderita dengan alat pacu jantung dan pin.
  • Penderita dengan hemophilia (gangguan penjendalan darah)atau thrombosi (jendalan darah pada lengan atau tungkai). Mengingat beberapa alat listrik dapat mengakibatkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), yang dapat memperburuk keadaan-keadaan tersebut. 
  • Beberapa kondisi lain juga perlu diwaspadai meliputi epilepsi, gangguan kejang dan jantung.

7. Manfaat dan Resiko Electrotherapy

Manfaat Electrotherapy meliputi : 
  • Beberapa jenis electrotherapy mudah untuk dilakukan dan dapat dilakukan sendiri oleh penderita
  • Dapat meningkatkan jangkauan gerak, mobilitas dan fungsi sendi.
  • Dapat mengurangi nyeri dan mengurangi kebutuhan terhadap obat pengurang nyeri. 
  • Sebagian besar terapi listrik efektif dibanding jenis terapi yang lain.
  • Beberapa jenis terapi listrik dapat menimbulkan efek kumulatif setelah dilakukan selama beberapa periode.

Resiko elektro therapy : 
  • Beberapa jenis terapi listrik dapat menimbulkan iritasi dan kemerahan pada tempat yang terpasang elektroda atau kumparan lsitrik. 
  • Arus listrik dapat menimbulkan luka bakar atu fibrilasi otot jantung.
  • Beberapa jenis electrotherapy dapat menurunkan atau meningkatkan tekanan darah, menimbulkan vertigo atau mual.
  • Beberapa jenis electrotherapy dapat menimbulkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang dapat memperburuk kondisi seperti penjendalan darah dan hemofili. 
  • Stimulasi yang berlebihan menimbulkan nyeri otot atau kekakuan otot Penderita dapat mengalami toleransi sehingga memerlukan terapi dengan arus yang lebih kuat atau periode yang lebih lama untuk menimbulkan efek yang sama. 

Nah itu dia bahasan dasri elektrroterapi pada fisioterapi, dari penjelasan diatas bisa diketahui mengenai terapi istrik Electrotherapy merupakan terapi dengan menggunakan arus listrik.

Tujuan utama pemakaian terapi ini adalah modulasi nyeri dan meningkatkan kerja syaraf motoris beserta otot skelet. 

Terdapat tiga jenis arus listrik yakni arus AC, DC dan pulsed. Pada penggunaanya parameter arus listrik harus disesuaikan dengan tujuan terapi. 

Terapi ini diindikasikan pada berbagai gangguan otot pasca cedera. Dalam penggunaannya perlu 
diperhatikan agar tidak terdapat konduktor logam di dalam tubuh."God Bless Us and Protect Us"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel